- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
KISAH PERIAS JENAZAH GRATIS
Part I (Menjadi Alat Tuhan)
Keadaan terpuruk terkadang menimbulkan keputusasaan bagi seseorang. Tak jarang, orang yang hilang asa memicu rasa ingin mengakhiri hidupnya. Berbeda halnya dengan Gloria Elsa, justru dari keterpurukan itu yang membuat ia terpanggil menjadi perias jenazah.
Keadaan terpuruk terkadang menimbulkan keputusasaan bagi seseorang. Tak jarang, orang yang hilang asa memicu rasa ingin mengakhiri hidupnya. Berbeda halnya dengan Gloria Elsa, justru dari keterpurukan itu yang membuat ia terpanggil menjadi perias jenazah.
Semua berawal dari kebiasaan wanita yang akrab dipanggil Elsa
sejak duduk di bangku Sekolah Dasar yang selalu ikut ibunya berkerja sebagai
perawat. Menginjak masa remaja, penyandang marga Hutasoit ini kerap membantu
ibunya. Mulai dari membukakan kateter pasien, memandikan jenazah, hingga
mendandani jenazah ia lakukan.
Bermodalkan ilmu merias dari hasil belajar di salon, Elsa
sering membantu merias saudara yang lebih dulu pergi menghadap Sang Pencipta.
Tak hanya itu, ia melayani merias jenazah di Gereja Protestan di Indonesia
Bagian Barat (GPIB) Effatha, hingga panggilan merias jenazah lainnya yang
bersumber dari mulut-kemulut.
Menolong menjadi sebuah kebiasaan dalam hidup Elsa. Aktivitas
tersebut membuat ia dikenal sebagai
perias jenazah oleh keluarga dan kerabat. Hal tersebut menjadi sebuah keputusan
yang ambil lantaran ia merasa memiliki kedekatan emosional dengan Tuhan saat
berada dalam keterpurukan. Bagaimana tidak? Dalam kondisi ekonomi yang
carut-marut, ia juga berjuang merawat ibu dan suaminya yang sedang sakit.
Justru dari kebiasaan yang ia lakukan, ia mendapatkan hal
yang tak diduga dalam hidupnya. Ia kerap menerima bala bantuan dari keluarga,
kerabatnya, serta dari orang yang pernah ia tolong.
“Tuhan sudah luar biasa baik. Pada saat suami saya sakit dan
dalam keadaan ekonomi kita sedang carut-marut, tapi disaat itu juga, ketika
saya melayani orang yang berduka itu, Tuhan justru malah memeberikan berkat
dari tempat-tempat lain, buat saya dan keluarga. Dan saat itu memutuskan untuk,
yasudah, kalau memang Tuhan memilih saya menjadi alatnya, untuk melayani
orang-orang berduka, yasudah (saya lakukan),” ujar Elsa.
Keadaan kian memburuk lantaran suami Elsa mengalami gagal
ginjal dan diabetes yang mengakibatkan kebutaan dan berujung kematian. Suami
Elsa harus menghadap Tuhan di usia 38 tahun. Hal tersebut justru membuat wanita
36 tahun ini jauh lebih yakin atas keputusannya.
Tanpa meminta sepeser pun, Elsa merasa puas secara batin
selama ia melakoni kegiatan tersebut. Terlihat menawan ketika menghadap Tuhan
menjadi salah satu tanda kepuasan yang ia rasakan.
“Ketika saya melihat seseorang yang meninggal, selesai
di-makeup-in terlihat cantik dan terlihat siap ke Rumah Tuhan, itu ada kepuasan
yang luar biasa,” kata Elsa dengan dress kotak-kotak merahnya ia menceritakan. (Klik untuk halaman berikutnya)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar